Bismillah...
Sahabat baiq yang berbahagia.
Membaca. Mendengar kata ini dalam benak sebagian orang identik dengan mengantuk, pusing, menjenuhkan, tak ada waktu, dan bla bla bla lainnya. Selalu ada alasan untuk bisa menghindar dari membaca. Kenapa demikian? Karena yang terpikir di dalam isi kepala sebagian orang yang tidak suka membaca adalah hal-hal negatif. Sehingga yang hadir dalam lintasan pikirannya adalah hal-hal yang tidak menyenangkan. Entah apa yang salah dengan membaca? #saveliterasi
Jika mau jujur, sebenarnya hal demikian mengindikasikan bahwa, budaya membaca belum tumbuh secara signifikan dan hidup secara alami ditengah-tengah masyarakat kita. Jangankan di masyarakat umum, didunia pendidikan saja, membaca masih belum bisa menjadi “primadona”, bahkan yang lebih extrim lagi, membaca dianggap sebagai “musuh bersama” oleh sebagain peserta didik. Entah apa yang salah dengan membaca? #saveliterasi
Sebenarnya kita seringkali mendengar atau bahkan membaca slogan-slogan yang memotivasi kita untuk tidak malas membaca. Semisal :
"Buku Adalah Gudang Ilmu Dan Membaca Adalah Kuncinya"
"Dengan Membaca Dapat Membuka Cakrawala Dunia"
"Malu Membaca Sesat Pengetahuan"
"Hari Ini Tidak Membaca, Besok Anda Bodoh"
Akan tetapi, kenapa kita belum tersadarkan juga setelah membaca slogan-slogan tersebut? Entah apa yang salah dengan membaca? #saveliterasi
Jika kita analisa secara sederhana, gak pake survei-surveian. Sebenarnya siapapun kita, yang sudah bisa membaca, secara langsung ataupun tidak langsung, sadar ataupun tidak sadar, sesungguhnya setiap hari, dapat dipastikan bahwa kita selalu melakukan aktifitas membaca. Entah itu membaca pesan singkat (SMS), membaca pesan di WA pribadi, WA group, membaca status di Facebook, Twitter, dan atau bahkan hanya membaca selintas saja, seperti membaca spanduk promosi, spanduk caleg, spanduk toko, tempelan-tempelan di tiang listrik (seperti informasi tentang sedot WC, badut ulangtahun dll). Pokoknya masih banyak lagi media yang menjadi sarana untuk kita membaca, baik di sengaja maupun tidak disengaja. Dan tanpa disadari, ternyata kita telah membaca ribuan kata tiap hari. Entah apa yang salah dengan membaca? #saveliterasi
Sadarkah kita?
Lalu, Apa yang sudah kita dapatkan dari aktifitas membaca kita?
Satu hal yang hampir dapat dipastikan dari aktifitas membaca kita adalah, bahwa informasi yang di dapat hanyalah pemanis saja (red: aktifitas nganggur), dibaca, kemudian sedetik berlalu sudah hilang. Sirna. Tak berbekas. Entah apa yang salah dengan membaca? #saveliterasi
Bagaimana cara menumbuhkan budaya baca?
Olehkarenanya, belakangan ini kita patut mengapresiasi melihat inisiatif dari beberapa pemerhati dunia baca, untuk menggalakan kembali literasi. Salah satu diantaranya adalah Provinsi Jawa Barat yang mewajibkan satuan pendidikan di wilayahnya untuk menghidupkan kembali budaya membaca atau literasi di sekolah masing-masing. Hal ini bukan tanpa alasan. Karena memang rasa haus akan ilmu dirasakan masih sangat kurang, sehingga dahaga pengetahuan dan wawasan tak pernah sirna, serta kebodohan masih setia, dekat dan melekat. Hal ini dapat dilihat dari minat baca baik dikalangan pendidik maupun peserta didik yang masih sangat kurang. Entah apa yang salah dengan membaca? #saveliterasi
Maka suatu hal yang aneh, jika kita masih saja bodoh, sementara kita hidup didalam lumbung pengetahuan yang sangat luar biasa banyaknya.
Rek kitu wae?
Mau gitu aja?
Teu naon-naon, ngan nanaonan
Gak apa-apa, cuma apa-apaan
Yakin gak mau berubah?
Jangan dulu kita bermimpi membangun masyarakat yang memiliki budaya membaca yang kuat, sebelum kita membuktikan bahwa diri kita adalah bagian dari bukti dari hebatnya membaca. Maka, mari kita awali dengan membuat komitmen-komitmen pribadi, sebelum kita membuat komunitas-komunitas baca. Setelah komitmen terbentuk, barulah kita “tularkan” kehalayak ramai.
Apa yang salah?
Tak ada yang salah, hanya kurang terarah.
Hal yang harus kita lakukan untuk merubah pola aktifitas membaca kita adalah mengalihkan media yang kita baca, dari media yang tak tentu ke media yang tentu. Dari media yang tak jelas ke media yang jelas. Dari media apa adanya ke media ada apanya. Dari media informasi selintas, ke media yang menyuguhkan informasi yang berkualitas, yaitu BUKU. Apapun bentuknya, baik hardcopy (buku secara fisik) maupun softcopy (Buku Elektronik) ataupun Artikel-artikel blog seperti yang sedang anda baca ini.
Bagaimana Tips agar hoby baca bisa hadir dengan sendirinya, mendarah daging dan enggan beranjak dari kehidupan kita. Mari kita coba cermati tips berikut ini:
1. Awali dengan Niat
Membaca adalah proses transfer informasi dari buku kedalam alam pikiran kita. sehingga kita berpengetahun, berilmu, berwawaswan. Kita pahami juga bawaha mencari ilmu adalah wajib. Maka niatkan membaca, untuk ibadah.
2. Kita cari tau apa hoby kita
Maka mulailah membaca dari buku-buku atau artikel-artikel blog yang sesuai dengan hoby kita.
3. Membaca berkelanjutan
Bukan banyak membaca, tapi sering membaca. Bacalah sesering mungkin bukan sebanyak mungkin. Masalah kualitas bukan kuantitas.
4. Membaca adalah kebutuhan
Perhatikan seorang pelajar, kapan ia akan membaca buku lebih sering dari biasanya? Ya. Ketika akan ulangan, atau Ujian. Kenapa? Karena meras butuh. Dan masa depan itu butuh ilmu, jadi apa alasan yang menjadikan kita malas membaca?
5. Membaca itu hal yang positif
Hadirkan dalam benak pikiran kita, bahwa membaca itu menyenangkan, membaca itu keren, membaca itu bikin kangen, kalo kata Dilan rindu itu berat, maka membaca itu ringan.
6. Hadirkan dampak negatif dari tak membaca
Kita pikirkan apa saja yang akan terjadi jika kita tak membaca. Seperti kebodohan, kemiskinan, tak berwawasan, terkucilkan dsb.
7. Bacalah sesuatu yang bermanfaat
Mulailah memilah-milah buku yang akan kita dibaca. Kelayakan sebuah buku untuk dibaca dapat dilihat dari seberapa besar ia akan memberikan manfaat serta dampak positif bagi kita. Maka buku-buku yang berkualitas adalah buku-buku yang mampu menumbuhkan semangat untuk kita terus memperbaiki diri.
Mari kita bermimpi, bahwa Indonesia kelak akan bangkit menjadi sebuah bangsa yang sangat besar dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Dan mimpi itu, mari kita wujudkan dengan membentuk generasi berilmu, berpengetahuan, dan berwawasan tinggi, melalui gerakan membaca, yang kita awali dari diri kita sendiri.
Baca juga : Pentingnya Sebuah Nilai
Parungpanjang, 3 April 2018, tengah hari saat terik matahari
pabaiq
Indonesia Tak Butuh Literasi?
Reviewed by My Profile
on
9:12 PM
Rating:
No comments:
Note: Only a member of this blog may post a comment.